Symbol and referent is
a one kind of figurative expression which used the symbol of animal, thing or
sign. The symbol usually familiar with
the daily life. The goals are to give a special effect and more imaginative for
the reader or listener.
The using symbol and
referent to tell an opinion about something politely.
Example :
1.
Red is the symbol of bravery.
2.
Dalam persoalan politik selalu ada kambing
hitam. It means victim or someone who consired as
wrong.
3. Flower
is symbol of the girl.
4. Pemadam kebakaran bekerja keras memdamkan si jago merah yang melalap habis
kompleks
Pasar tengah Tanjung karang pusat Bandar Lampung . Si jago merah means
fire.
5.
Laki – laki itu hidung belang,
banyak sekali wanita yang telah menjadi korbannya. Hidung belang
means playboy.
6. Buronan
pembobol ATM yang sedang di buru polisi itu seperti kancil, licik cerdas dan sulit
ditangkap. Kancil is a smart animal.
7.
Asrinah merupakan kembang desa
di kampung Sari Mulyo, banyak pemuda yang tergila – gila
padanya. Kembang desa means beautiful girl
8.
Jika mereka tak terima perbuatan kita, mereka bisa membawa persoalan ini
ke meja hijau. Meja
hijau means court.
9. Pemuda itu tidak memiliki kepercayaan
diri dan pendirian. Dia seperti bunglon
yang sedang
berkamuflase. Bunglon always change its colour depend on environment.
10. Semenjak ayahnya meninggal tiga tahun
lalu, ia telah menggantikan posisi ayahnya sebagai
tulang punggung keluarga. Tulang punggung means who responsible to give
his family money.
Pengertian dan 20 Contoh Majas
Simbolik
Pengertian dan 20 Contoh Majas
Simbolik – Majas adalah ungkapan bahasa indah yang digunakan untuk memperindah
susunan kalimat yang mempunyai tujuan untuk memperoleh efek-efek tertendu agar
terkesan imajinatif bagi pendengar atau penulis baik secara lisan maupun
tertulis. Bahasan kali ini kita akan membahas tentang majas simbolik.
Majas simbolik adalah salah
satu dari majas perbandingan yang membandingkan suatu hal dengan menggambarkan
makna dari suatu hal yang lain berupa simbol, lambang, tokoh, hewan, atau
benda. Dalam majas simbolik sesuatu hal dibandingkan dengan hal lain yang dapat
menggantikan kata dari suatu hal tersebut, namun memiliki kesamaan makna yang
ingin disampaikan. Simbol / lambang yang digunakan sebaiknya merupakan simbol
yang sudah familiar dan mudah dipahami baik oleh pembaca maupun pendengar.
Penggunaan majas simbolik
dalam sebuah kalimat dapat digunakan untuk mengutarakan kegelisahan penulis
untuk kriktikan atau bisa juga sebagai opini terhadap sesuatu yang disampaikan
secara halus. Penggunaan majas simbolik dalam kalimat disampaikan secara
implisit atau tersirat. Berikut beberapa contoh kalimat majas simbolik:
1. Warna merah
melambangkan keberanian yang sejati.
2. Kebanggaan kita adalah burung Garuda yang merupakan lambang bangsa
dan negara Indonesia.
3. Dalam persoalan politik, selalu ada yang menjadi kambing hitam.
(korban)
4. Jika mereka tak terima dengan perbuatan kita, mereka bisa membawa persoalan
ini sampai ke meja hijau. (pengadilan)
5. Ingatlah, jaga baik-baik kata-katamu! Mulutmu adalah harimaumu.
6. Pemuda itu tidak memiliki kepercayadirian dan pendirian, dia seperti bunglon
yang seringkali berkamuflase.
7. Laki-laki itu hidung belang, banyak sekali wanita yang telah menjadi
korbannya.
8. Semenjak ayahnya meninggal
3 tahun lalu, ia telah menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung
keluarga. (kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap keluarga)
9. Pembegal di kawasan itu dikenal sadis dalam melakukan aksinya, tak jarang
mereka menghabisi korbannya yang melawan, perilaku mereka tak ubahnya seperti iblis.
10. Buronan pembobol ATM yang sedang diburu polisi itu seperti kancil.
Licik, cerdas, dan sulit ditangkap.
11. Martinah adalah janda kembang di desa Arsimilyo, banyak sekali
laki-laki dari kalangan pengusaha dan politisi dan datang untuk melamarnya,
namun satu pun dari mereka belum ada yang dapat meminangnya. (janda cantik)
12. Pemadam kebakaran kota Bandar Lampung berusaha keras untuk memadamkan si
Jago merah yang melalap habis kompleks pasar tengah Tanjung Karang pusat
Bandar Lampung. (si jago merah = api)
13. Penggunaan cakrawala dunia bagi anak-anak perlu diawasi secara
ketat, karena selain efek positif juga terdapat efek negatif yang dapat merusak
moral generasi bangsa. (cakrawala dunia = internet)
14. Dia dijuluki kamus berjalan, karena kepiawaiannya dalam berbahasa
asing dan perbendaharaan kata yang begitu banyak.
15. Asrinah merupakan kembang desa di kampung Sari mulyo, banyak pemuda
yang tergila-gila padanya. (gadis tercantik di desa)
16. Shalat 5 waktu merupakan tiang bagi agama, apabila shalat kita
terjaga, maka akan tegaklah bangunan agama itu. Sebaliknya, apabila shalat
tidak terjaga, niscaya akan robohlah agama itu.
17. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dilambangkan dengan warna ungu
yang berarti kedewasaan dan kasih sayang.
18. Akibat lilitan hutang dari lintah darat, Pak Suroso terpaksa menjual
seluruh aset yang dimilikinya seperti ladang, sawah, rumah, dan mobilnya.
(lintah darat = renternir)
19. Merah hati merupakan lambang cinta dan kasih sayang yang hangat.
20. Wataknya begitu keras seperti batu, tak ada seorangpun yang
didengarnya tak terkecuali orang tuanya. (keras kepala)
Euphemism is a figurative expression
which is made more polite in telling something. Because that direct expression
usually very cruel and do not like to hear. It using it, the word substitute
with the synonym.
Example:
1. Uang
untuk sumbangan korban banjir telah dikorupsi
oleh para pejabat. Telling
With the sentences “ uang sumbangan korban
banjir telah di sunat para pejabat.
2. Tono
sedang “berak”. The sentences is
substitute with “ Tono pergi ke belakang”
Artikel dan
Makalah tentang Majas Eufemisme,
Pengertian, Contoh, Macam-macam/Jenis, Perbandingan - Majas eufemisme adalah
ungkapan yang dihaluskan dalam mengemukakan suatu gagasan. Hal ini dilakukan
apabila ungkapan gagasan tersebut secara langsung, bisa menimbulkan perasaan
yang tidak enak, atau terasa agak kasar. Pemakaian majas ini termasuk dalam
pilihan ragam bahasa. Dalam eufemisme pemakaian kata tertentu dihindari dan
digantikan oleh sinonimnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk eufemisme,
banyak digunakan bentuk majas lain, misalnya metafora, metonimi, sinekdoke, dan
seterusnya. Kadang-kadang digunakan bentuk negatif dari maknanya.
Contoh:
Untuk mengatakan “Tono sedang berak” digunakan
ujaran “Tono pergi ke belakang”.
Di sini
digunakan bentuk metonimi, karena biasanya tempat buang hajat itu ada di
belakang rumah. Bahkan kata buang air atau buang hajat juga merupakan eufemisme
yang berbentuk sinekdoke.
Contoh lain:
“Uang sumbangan untuk korban banjir telah dikorupsi
oleh para pejabat.” disampaikan dengan “Uang sumbangan korban banjir telah disunat oleh para pejabat”.
Dari segi
bentuknya, majas ini bersifat metaforis, sehingga tidak perlu lagi dikemukakan
baik bagan wilayah makna maupun segitiga semantiknya. Kadang-kadang, untuk
mengemukakan eufemisme ini digunakan bentuk yang menampilkan makna negatif dari
komponen makna pusatnya. Contoh-contoh: pemakaian kata tuna susila untuk
‘pelacur’, tuna karya untuk ‘penganggur’, tuna (tanpa) daksa untuk ‘orang buta,
tuli dan bisu’, tuna wicara untuk ‘orang bisu’, tuna aksara untuk ‘orang buta
huruf’, tuna laras untuk ‘orang yang cacat suara dan nada’, tuna grahita untuk
‘cacat mental’. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada jenis-jenis majas yang
menggunakan bentuk bervariasi, kadang-kadang menggunakan bentuk majas lain,
kadang-kadang juga bentuk lain.